Advertisement
SEBELUMNYA, standar kejayaan Manchester United adalah era Matt Busby yang sukses menjuarai dua Liga Inggris dan juara Liga Champions pada era 1960-an. Sebab itu, setiap manajer yang datang selalu dituntut bisa berprestasi seperti Busby.
Beberapa pelatih datang dan pergi setelah era Busby, dari Frank O'Farrell, Tommy Docherty, Dave Sexton, sampai Ron Atkinson. Namun, semuanya tak memuaskan klub dan fans. Pada 1986, Atkinson juga dipecat meski MU menduduki urutan keempat klasemen akhir.
Kemudian, datanglah Alex Ferguson yang sebelumnya melatih klub Skotlandia, Aberdeen. Pertandingan pertamanya pada 8 November lawan Oxford United berakhir dengan kekalahan 0-2. Fans tampak tak puas dengan kemampuan Ferguson.
Namun, manajemen memberi kesempatan. Pada tahun 1990, desakan agar Ferguson dipecat semakin menguat. Pada semifinal Piala FA lawan Notthingham Forest, banyak yang mengira MU bakal kalah dan itu menjadi akhir kepelatihan Ferguson. Namun, Fergie menjawab dengan kemenangan berkat gol Mark Robins. Di final, MU menang 1-0 atas Crystal Palace dan itu menjadi gelar pertama Fergie selama melatih MU.
Manajemen pun menunda pemecatannya. MU lolos ke final Piala Liga, meski akhirnya kalah dari Sheffield Wednesday. Tekanan untuk memecat Ferguson kembali menguat. Namun, dia menjawab dengan gelar Piala Winners 1991. Setelah itu, banyak ppihak baru sadar bahwa Ferguson punya sentuhan emas layaknya Raja Midas, cuma prosesnya cukup lama.
Musim 1992-93, Liga Inggris diubah namanya menjadi Premier League. Perubahan itu langsung disambut Ferguson dengan persembahan gelar juara pertama kalinya buat MU sejak 1967. Ferguson semakin mendapat kepercayaan penuh dari manajemen dan fans.
Tanpa tekanan, Ferguson tenang membangun tim dan membuat Setan Merah menjadi klub hebat eropa. Hadirnya Class of 1992 yang melahirkan Ryan Giggs, David Beckham, Gary dan Philip Neville, Paul Scholes dan lainnya membuat MU makin perkasa.
Meski begitu, Ferguson tak pernah menyangka suatu saat bisa membawa MU menyama rekor Liverpool yang sudah juara Liga Inggris 18 kali. Saat dia datang, MU baru juara 7 kali. Mengejar ketinggalan 11 gelar jelas sangat sulit.
Namun, dia bisa melakukannya. Perlahan, MU terus mendominasi Premier League. Terakhir, gelar 2008-09 menandai bahwa rekor MU sama dengan Liverpool, yakni juara Liga Inggris 18 kali. Itu berkat 11 gelar yang dipersembahkan selama era Ferguson.
Tak hanya itu, Ferguson memberi kejayaan lain kepada MU. Dia juga mempersembahkan 2 gelar Liga Champions, lima Piala FA, 3 Piala Liga, 9 Charity Shield, 1 Piala Winner, 1 Piala UEFA, 1 Piala Super Eropa, 1 Piala Interkontinental, dan 1 FIFA Club World Cup.
Praktis, Ferguson sudah mempersembahkan 30 gelar buat Manchester United sejak 1986. Kini, pelatih yang pernah dihujat dan nyaris dipecat itu, telah terbukti sebagai Raja Midas buat Setan Merah. Sentuhannya sangat maut dan menghasilkan kejayaan MU, hingga menjadi raja Liga Inggris bersama Liverpool.
"Saya belum mau berhenti sebagai manajer Manchester United. Hanya kesehatan yang akan menghentikannya. Mari berdoa agar kesehatan saya selalu baik dan saya bisa tetap melatih klub ini dalam lima musim ke depan," kata Ferguson.
Doa itu pasti dipanjatkan seluruh pendukung MU. Sebab, mereka masih ingin merasakan sentuhan maut Raja Midas dari Skotlandia tersebut. Apalagi, Ferguson mengatakan bahwa masa depan MU semakin cerah, karena kini punya pasukan muda yang menjanjikan.
"Kami punya banyak pemain muda. Berarti klub ini sangat sehat. Harapannya, pemain senior seperti Ryan Giggs, Paul Scholes, dan Gary Neville masih bisa bermain dua musim lagi. Sebab, para pemain muda masih butuh pengalaman mereka," jelasnya.
Ferguson menambahkan, "Skuad kami sebagian masih muda dan itu sangat menyenangkan. Mereka masih belajar, tapi akan menjadi masa depan klub."
Rasanya, masih banyak yang akan dibuktikan dari Raja Midas bernama Sir Alex Ferguson itu. Selamat, Sir Fergie!
0 komentar: